LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN ACARA VI PENGHITUNGAN FREKUENSI ALEL, FREKUENSI GENOTIP, PENGUKURAN SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITAIF
LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA
TUMBUHAN
ACARA
VI
PENGHITUNGAN
FREKUENSI ALEL, FREKUENSI GENOTIP, PENGUKURAN SIFAT-SIFAT KUALITATIF DAN
KUANTITAIF
Semester:
Ganjil 2014
Oleh:
Kuswari
Silvany Fatwa
A1L013110/E
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM
PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam mempelajari ilmu genetika kita
tertarik pada nisbah fenotipe dan genotipe dari keturunan yang dihasilkan dari
keturunan tertentu. Hal ini meliputi persilangan antaara dua tetua murni untuk
mendapatkan F1 heterosigot. F1 heterosigot kemudian
dibuahi sendiri atau saling disilangkan (intercross) dengan F1 yang
lain untuk mendapatkan keturunan F2 atau F1 disilang
balik dengan tetua homosigot resesif dalam suatu uji silang (testcross).
Analisis nisbah F1, F2 dan uji silang dapat digunakan
untuk menetukan dominasi, jumlah gen yang mengatur suatu sifat, jarak peta dan
urutan letak gen.
Analisis genetik penting bagi pemulian tanaman dalam pengembangan varietas
baru. Suatu varietas tanaman baru yang dikembangkan merupakan modifikasi dari
suatu populasi. Pemulia tanaman tertarik untuk mengarahkan evolusi dari suatu
populasi dengan tujuan memperbaiki sifat dari tanaman tersebut. Yang menarik
bagi pemulia tanaman yaitu frekuensi gen yang mengatur ketahanan penyakit dalam
populasi itu. Pengertian tentang susunan genetik populasi dan kekuatan yang
mengubah frekuensi gen berguna dalam mempertahankan konsentrasi gen yang
diinginkan.
Jika
individu-individu dalam populasi mengadakan persilangan secara acak dan
beberapa asumsi dipenuhi, maka frekuensi alel dalam populasi akan tetap dalam
keseimbangan yang stabil, yaitu tidak berubah dari satu generasi ke generasi
berikutnya. Tiap gamet yang berbeda akan terbentuk sebanding dengan
frekuensi masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe zigot akan sama dengan
hasil kali dari frekuensi gamet-gemetnya. Keadaan demikian disebut keseimbangan
Hardy – Weinberg. Asumsi-asumsi dalam keseimbangan Hardy – Weinberg adalah:
perkawinan secara rambang, tidak ada seleksi, tidak ada migrasi, tidak ada
mutasi, tidak ada penghanyutan genetik rambang dan meiosis normal.
B.
Tujuan
Praktikum ini
bertujuan untuk menghitung frekuensi alele dan frekuensi genotip; membuktikan
hukum Hardy-Weinberg, serta mengukur sifat-sifat kualitatif dan kuatitatif.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Suatu populasi terdiri atas
individu-individu sejenis yang saling berinteraksi. Dalam suatu poulasi menurut
hukum Hardy-Weinberg adalah tetap. Menurut hukum Hardy-Weinberg jika
individu-individu dalam populasi melakukan atau mengadakan persilangan secara
acak dan beberapa asumsi terpenuhi, maka frekuensi alel dalam populasi akan
tetap dalam keseimbangan yang stabil, yaitu tidak berubah dari generasi ke
generasi berikutnya. Tiap gamet yang terbentuk akan sebanding dengan frekuensi
masing-masing alelnya dan frekuensi tiap tipe zigot akan sama dengan hasil kali
dari frekuensi gamet-gametnya, (Stanfield, 1991).
Beberapa
asumsi yang mendasari perolehan kesimbangan genetik seperti diekspresikan dalam
persamaan Hardy-Weinberg adalah:
1. Populasi itu
tidak terbatas besarnya dan melakukan secara acak (panmiktis).
2. Tidak terdapat seleksi, yaitu
setiap genotype yang dipersoalkan dapat bertahan hidup sama seperti yang lain
(tidak ada kematian diferensial).
3. Populasi itu tertutup yaitu tidak
terjadi perpindahan (migrasi).
4. Tidak ada mutasi dari satu alelik
kepada yang lain. Mutasi diperbolehkan jika laju mutasi maju dan kembali adalah
sama atau ekuivalen.
5. Terjadi meiosis normal, sehingga
hanya peluang yang menjadi faktor operatif dalam gametogenesis.
Jika
dalam suatu populasi terjadi perubahan dalam keseimbangan populasi tersebut
maka akan terjadi pelanggaran batasan hukum Hardy-Weinberg akan menyebabkan
poulasi tersebut bergerak menjauhi frekuensi keseimbangan gametik dan zigotik
(Stanfield, 1991).
Frekuensi
merupakan perbandingan antara banyaknya individu dalam suatu kelas dengan
jumlah seluruh individu. Setiap individu memiliki sifat-sifat kualitatif dan
kuantitatif. Timbulnya berbagai variasi dalam sifat keturunan tertentu
merupakan pengaruh dari gen-gen ganda (multiple gen atau poligen). Poligen
merupakan salah satu dari seri gen ganda yang menentukan pewarisan secara
kuantitatif (Suryo, 1984).
III.
METODE RAKTIKUM
A.
Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan meliputi: kantong plastik berisi kedelai, kantong plastik yang
berisi kancing warna, kantong plastik berisi kacang tanah dan lembar
pengamatan. Alat yang gunakan anatara lain: neraca (timbangan elektrik),
kalkulator dan alat tulis.
B.
Prosedur Kerja
Percobaan
1.
Misal
suatu populasi yang sudah dalam keadaan seimbang, tersusun dari
individu-individu dengan warna merag (GG), putih (gg), dan merah muda (Gg).
1.
Sebanyak
200 individu diambil secara acak
2.
Catat
warn individu yang terpilih
3.
Hitung
frekuensi genotip dan frekuensi alel G dan alel g
4.
Data
dianalisis dengan uji X2
Percobaan
2.
Disiapkan
2 kantong yang sama ukurannya
1.
Setiap
kantong diisi dengan 2 macam warna kancing baju dengan perbandingan seperti
hasil perhitungsn point 1. Kedua kantong isinya sama banyak
2.
Setiap
kantong diambil secara acak dan catat
warna keduanya
3.
Pengambilan
diulang sebanyak 100x
4.
Frekuensi
genotip frekuensi alelenya dihitung
5.
Data
dimasukkan dalam label yang tersedia
6.
Dianalisis
dengan X2
Percobaan 3.
1.
Individu
diambil secara acak dari populasi kacang tanah yang tersedia dan ditimbang
2.
Pekerjaan
tersebut diulangi sebanyak 100 kali
3.
Jumlah
dan bobotnya diamati, dan dibuat grafiknya.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Percobaan
1
Merah (GG) =
x
Merah muda (Gg) = y
Putih (gg) = z
a.
Perhitungan
Frekuensi Alel
p + q = 1
(p + q)2 =
12
p2 + 2pq + q2 = 1
GG + Gg + gg
gg = q2 =
=
=
0,21
q =
0,458
p + q = 1
p =
1 – q
= 1 – 0,458
= 0,542
Jadi, frekuensi alel G
sebesar 0,562 dan frekuensi alel g sebesar 0,458.
b.
Perhitungan
Frekuensi Genotip
GG= (p)2 x
100%
= (0,542)2 x 100%
= 0,2937 x 100%
= 29,37%
Gg = 2pq x 100%
= (2)(0,542)(0,458) x 100%
= 0,4964 x 100%
= 49,64%
gg = (q)2 x 100%
= (0,458) x 100%
= 20, 97
GG : Gg : gg
29,37 : 49,64 : 20,97
1 : 2 : 1
Karakteristik
|
Jumlah Total
|
|||
GG
|
Gg
|
gg
|
||
Observasi (O)
|
45
|
113
|
42
|
200
|
Harapan (E)
|
x 200 = 50
|
x 200 = 100
|
x 200 = 50
|
200
|
= 25
|
= 169
|
= 64
|
258
|
|
= 0,5
|
= 1,69
|
= 1,28
|
3,47
|
|
X2
|
0,5
|
1,69
|
1,28
|
3,47
|
Kesimpulan : X2 hitung (3,47) < X2
tabel (5,99), artinya percobaan
signifikan (sesuai dengan teori yang ada).
2. Percobaan
2
Hitam (HH) = 33 = x
Hitam kuning = 48 = y
Kuning =
19 = 2
a. Perhitungan
frekuensi alel
p + q = 1
(p + q)2 = 12
P2 + 2pq + q2 =
1
NH + Hk + kk
kk = q2 =
q =
p + q = 1
p= 1 - q
=1-0,435
=
0,564
Jadi, frekuensi alele H sebesar 0,564 dan
frekuensi alele k sebesar 0,435
b. Perhitungan
frekuensi genotip
HH = (p)2 x 100%
= (0,564)2 x 100%
= 31,8%
Hk = 2pq x 100%
= 2 x 0,564 x 0,435 x 100%
= 49,07%
kk = (q)2 x 100%
= (0,435)2 x 100%
= 18,92%
HH : Hk : kk
3,18 :
49,07 : 18,92
1 : 2 : 1
Karakteristik yang Diamati
|
∑
|
|||
HH
|
Hk
|
kk
|
||
O
|
33
|
48
|
19
|
100
|
E
|
40
|
40
|
20
|
100
|
2
|
49
|
64
|
1
|
114
|
1,225
|
1,6
|
0,05
|
2,875
|
|
X2
|
1,225
|
1,6
|
0,05
|
2,875
|
X2 tabel = 5,99 X2
hitung = 2,875
Kesimpulan : X2 hitung (2,875) < X2
tabel (5,99), artinya pengujian yang dilakukan sesuai dengan perbandingan teori
atau bersifat signifikan.
3.
Percobaan
3
Kacang tanah
Bobot
(x)
|
0,01
|
0,02
|
0,03
|
0,04
|
Jumlah
|
39
|
48
|
9
|
4
|
B.
Pembahasan
Asas Hardy-Weinberg menyatakan bahwa frekuensi alel dan frekuensi
genotipe dalam suatu populasi akan tetap konstan, yakni berada dalam
kesetimbangan dari satu generasi ke generasi lainnya kecuali apabila terdapat
pengaruh-pengaruh tertentu yang mengganggu kesetimbangan tersebut.
Pengaruh-pengaruh tersebut meliputi perkawinan tak acak, mutasi, seleksi,
ukuran populasi terbatas, hanyutan genetik, dan aliran gen. Adalah penting
untuk dimengerti bahwa di luar laboratorium, satu atau lebih pengaruh ini akan
selalu ada. Oleh karena itu, kesetimbangan Hardy-Weinberg sangatlah tidak
mungkin terjadi di alam. Kesetimbangan genetik adalah suatu keadaan ideal yang
dapat dijadikan sebagai garis dasar untuk mengukur perubahan genetik.
Frekuensi alel yang statis dalam suatu populasi dari generasi ke
generasi mengasumsikan adanya perkawinan acak, tidak adanya mutasi, tidak
adanya migrasi ataupun emigrasi, populasi yang besarnya tak terhingga, dan
ketiadaan tekanan seleksi terhadap sifat-sifat tertentu.
Contoh paling sederhana dapat terlihat pada suatu lokus tunggal
beralel ganda: alel yang dominan ditandai A dan yang resesif ditandai a. Kedua
frekuensi alel tersebut ditandai p dan q secara berurutan; freq(A) = p; freq(a)
= q; p + q = 1. Apabila populasi berada dalam kesetimbangan, maka freq(AA) = p2
untuk homoszigot AA dalam populasi, freq(aa) = q2 untuk homozigot aa, dan
freq(Aa) = 2pq untuk heterozigot. Konsep ini juga dikenal dalam berbagai nama:
Kesetimbangan Hardy-Weinberg, Teorema Hardy-Weinberg, ataupun Hukum Hardy-Weinberg.
Asas ini dinamakan dari G.H. Hardy dan Wilhelm heinberg.
Analisis genetik
penting bagi pemulia tanaman dalam pengembangan varietas baru. Suatu varietas
tanaman baru yang dikembangkan merupakan modifikasi dari suatu populasi.
Pemulia tanaman tertarik untuk mengarahkan evolusi dari suatu populasi dengan
tujuan memperbaiki sifat dari tanaman tersebut. Yang menarik bagi pemulia
tanaman yaitu frekuensi gen yang mengatur ketahanan penyakit dalam populasi
itu. Pengertian tentang susunan genetik populasi dan kekuatan yang mengubah
frekuensi gen berguna dalam mempertahankan konsentrasi gen yang diinginkan. Adapun manfaat lain hukum Hardy-Weinberg dalam
pemuliaan tanaman antara lain:
1.
Penggunaan hukum Hardy-Weinberg sangat penting dalam
pemuliaan tanaman, melalui formulasi yang ada pemulia dapat menentukan
banyaknya individu yang termasuk homozigot maupun heterozigot dalam populasi, terutama dalam pemuliaan untuk ketahanan terhadap
penyakit. Misalkan sifat ketahanan diatur
oleh suatu allel dominan.
2.
Menyeleksi tanaman yang tahan terhadap hama dan penyakit.
Ketahanan suatu jenis tanaman tertentu diatur oleh alel dominan, populasi
keseimbangan Hardy-Weinberg dapat dikatakan rentan apabila q2 =
aa.
3.
Memudahkan pemulia tanaman untuk menduga jumlah individu
AA dan Aa yang diharapkan dengan keterangan ini dapat diputuskan banyaknya
tanaman resisten yang harus diuji agar mendapatkan kesempatan yang baik
untuk memperoleh genotipe AA. Adanya persamaan untuk menentukan berapa tanaman
yang diuji untuk mendapatkan paling sedikit satu genotipe AA dengan macam–macam
tingkat kemungkinan.
4.
Mutasi genetik, mutasi genetik ditujukan untuk memotong
atau menyambungkan gen tanaman agar dapat menghasilkan tanaman yang bersifat
unggul.
5.
Seleksi tanaman, seleksi tanaman ditujukan untuk menyeleksi
atau menghilangkan tanaman yang rentan atau resesif aa sehingga di dapat
diperoleh tanaman unggul AA.
Frekuensi genotipe dan frekuensi alel (atau frekuensi gen)
merupakan karakteristik genetik suatu populasi. Frekuensi genotipe adalah
nisbah individu bergenotipe tertentu terhadap keseluruhan individu dalam
populasi. Frekuensi alel adalah nisbah alel tertentu terhadap keseluruhan alel
dalam populasi. Dengan mengambil model diploid, frekuensi genotipe homozigot
dominan dan homozigot resesif serta heterozigot berturut-turut dapat
dilambangkan dengan P, Q, dan H. Frekuensi suatu alel dengan model diploid
tersebut dilambangkan sebagai p, sedangkan frekuensi alel pasangannya
dilambangkan sebagai q. Dalam hal ini P+H+Q = 1 dan p+q = 1
Sifat kuantitatif adalah sifat yang cirinya yang dapat dinilai
secara langsung dengan cara menghitung atau mengukur, dan dinyatakan dalam
angka. Contohnya: lebar daun, panjang perbungaan yang dinyatakan dalam cm atau
jumlah benang sari, jumlah lembar mahkota bunga yang dinyatakan dalam angka.
Sifat kualitatif digambarkan dengan bentuk dan dideskripsikan bukan dalam
angka. Contohnya: duduk daun berhadapan, berseling, buah buni atau buah kotak.
Sifat
kualitatif mempunyai nilai yang lebih penting daripada sifat kuantitatif, sebab
sifat kuantitatif kadang-kadang mempunyai kisaran yang luas terutama pada sifat
yang berasal dari bagian vegetatif yang seringkali dipengaruhi faktor-faktor
lingkungan. Sifat taksonomi juga dapat digolongkan atas sifat yang baik dan
sifat yang jelek. Sifat yang baik untuk keperluan botani sistematik adalah
tidak mudah terpengaruh faktor lingkungan, variasinya konsisten atau relatif
stabil dalam populasi taksa itu.
Percobaan 1 menggunakan populsi yang
sudah seimbang, tersusun dari individu-individu dengan warna merah (GG), putih
(gg), dan merah muda (Gg). Pecobaan 2 menggunakan dua kantong yang berisi
kancing warna dengan perbandingan sesuai dengan oerhitungan point 1. Kedua
kantong jumlahnya sama banyak. Percobaan 3 menggunakan kacang tanah yang
diambil secara acak. Hal tersebut sesuai dengan asumsi-asumsi dalam
keseimbangan Hardy – Weinberg, yaitu tidak ada seleksi, tidak ada mutasi, tidak
ada penghanyutan genetik rampang, perkawinan secara rambang dan meiosis normal.
Ciri-ciri
keseimbangan Hardy – Weinberg, yaitu jumlah frekuensi genotip harus sama dengan
1, yaitu : p2 + 2 pq + q2. Hubungan tersebut tetap, tidak
peduli besarnya frekuensi alel permukaan, yaitu frekuensi genotip pada saat
keseimbangan hanya tergantung pada frekuensi alel permulaan dan tidak
tergantung dari frekuensi genotip dari populasi asal. Keseimbangan dapat
tercapai dalam satu generasi ; kemudian frekuensi alel dan genotip tidak
berubah dari satu generasi ke generasi asal syarat-syarat keseimbangan Hardy –
Weinberg terpenuhi.
Dari hasil
pengamatan diperoleh bahwa frekuensi gen sama dengan 1. Hal ini sesuai dengan hukum Hardy – Weinberg, sehingga dapat dikatakan tidak
ada penyimpangan. Pada percobaan 1 diperoleh X2 hitung sebesar 3,47. Oleh karena X2hitung < X2 tabel, maka hipotesis
diterima. Pada percobaan 2 diperoleh X2
hitung sebesar 2,875. Oleh karena X2hitung
< X2 tabel, maka hipotesis diterima.
Banyak sifat
tanaman dan hewan lebih memperlihatkan perbedaan tingkatan fenotip kontinu
daripada perbedaan fenotip yang jelas dan tegas seperti yang dijumpai pada
segregasi sifat Mendel. Sifat kuantitatif, seperti berat badan, tinggi tanaman,
ketahanan terhadap penyakit, diatur oleh beberapa gen dan masing-masing gen
pengaruhnya kecil.
Pada percobaan penimbangan bobot
kacang tanah seperti pada hasil pengamatan di atas, bobot kacang 0,01 sebanyak
39 individu, bobot kacang tanah 0,02 sebanyak 48 individu, bobot kacang tanah
0,03 sebanyak 9 individu dan bobot kacang tanah 0,04 sebanyak 4 individu.
Dalam
mempelajari pewarisan kuantitatif digunakan populasi besar. Dengan banyak gen
yang memberikan kontribusi kecil pada penampakan suatu sifat, dan karena
pengaruh dari satu gen tunggal tidak bisa ditentukan maka perlu dibuat banyak
pengukuran-pengukuran. Pengukuran yang dibuat dalam suatu populasi tertentu
dianggap mewakili contoh rambang dari populasi itu dan data dapat digunakan untuk
menduga hasil yang diharapkan dari populasi yang besar.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Pada percobaan 1 diperoleh X2
hitung sebesar 3,47. Oleh karena X2hitung < X2 tabel, maka hipotesis
diterima.
2.
Pada percobaan 2 diperoleh X2 hitung sebesar 2,875. Oleh karena X2hitung < X2 tabel, maka hipotesis
diterima.
3.
Pada percobaan 3 pengamatan karakter
kuantitatif dan kualitatif menggunakan kacang tanah diperoleh bobot yang
dominan yaitu 0,02 sebanyak 48 individu dari 100 individu yang diambil secara acak.
B.
Saran
Pada praktikum ini sebaiknya praktikan lebih teliti dalam pengambilan
sampel, yaitu dilakukan dengan acak. Sebaiknya untuk bahan dan alat diperbanyak lagi sehingga praktikum bisa
dilakukan dengan lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Crowder, L.V. 1986. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Kimball, John W. 1994. Biologi Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.
Pai, C. Anna. 1987.
Dasar-Dasar Genetika. Erlangga. Jakarta.
Stanfield, W. D. 1991. Genetika Edisi Kedua.
Erlangga. Jakarta.
Suryo. 1983 Genetika. Gadjah Mada University
Press. Yogyakarta.
Yatim, Wildan. 1980. Genetika.
Tarsito. Bandung.
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar