LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN ACARA I PENGAMATAN PERILAKU KROMOSOM
LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA
TUMBUHAN
ACARA
I
PENGAMATAN
PERILAKU KROMOSOM
Semester:
Ganjil 2014
Oleh:
Kuswari
Silvany Fatwa
A1L013110/E
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM
PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Teori sel menyatakan bahwa setiap sel penyusun makhluk hidup
berasal dari sel sebelumnya. Proses terjadinya sel baru dari sel induknya
disebut dengan pembelahan sel, yang berdasarkan beberapa perbedaan pokoknya
dikelompokkan menjadi mitosis dan meiosis.
Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada
sel-sel somatis (sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel
anak dengan komponen yang sama dan identik dengan komponen induknya.
Pada saat sel aktif membelah,
kromosom akan relative mudah diamati dengan hanya memperlakukan sel-sel
tersebut dengan metode fiksasi dan pewarnaan yang sederhana.
Bahan standar yang biasa digunakan
dalam pengamatan mitosis adalah sel-sel ujung bawang merah (Allium
ascalonicum), sedangkan untuk pengamatan meiosis seringkali digunakan kotak
sari atau bakal biji tanaman Lily. Kelebihan dari bahan-bahan tersebut adalah
selain komposisi dinding selnya yang tersusun atas lapisan senyawa-senyawa yang
relatif mudah ditembus oleh larutan fiksatif dan pewarna juga jumlah
kromosomnya tidak terlalu banyak, sehingga pengamatan terhadap masing-masing
fase yang sedang berlangsung relatif mudah dilakukan.
Sel merupakan unit terkecil penyusun
tubuh makhluk hidup yang dapat mengalami perkembangan dan pertumbuhan.
Perkembangbiakan sel (reproduksi sel) ada dua macam, yaitu secara mitosis dan
meiosis. Reproduksi sel merupakan salah satu ciri utama makhluk hidup. Pada
makhluk hidup bersel satu atau uniseluler, proses ini bertujuan sama seperti
tujuan perkembangbiakan, yaitu menghindari kepunahan. Adapun pada makhluk hidup
bersel banyak atau multiseluler, reproduksi sel bertujuan untuk memperbaiki
jaringan tubuh yang rusak, pertumbuhan, dan perkembangan sel. Semua aktifitas
makhluk hidup termasuk reproduksi sel, selalu membutuhkan energi. Energi ini
diperolehdari proses oksidasi zat-zat makanan yang akan menghasilkan adenosin
tri-phosphat (ATP). ATP tersebut dihasilkan selama proses glikolisis dan daur
krebs.
Setiap organisme berupaya agar
jenisnya tetap lestari dengan cara melakukan reproduksi. Tubuh makhluk hidup
dapat menjadi besar karena ada penambahan jumlah sel di dalam tubuhnya. Sel-sel
hasil penambahan tersebut berasal dari reproduksi sel. Sel baru tersebut
terbentuk dengan diawali oleh pembelahan inti lebih dahulu yang dapat dilihat
dari perubahan kedudukan kromosomnya.
B. Tujuan
Praktikum
ini bertujuan untuk mengetahui perilaku kromosom pada pembelahan mitosis.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Kromosom adalah suatu struktur
makromolekul yang berisi DNA di mana informasi genetik dalam sel disimpan. Kata
kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna dan soma yang berarti
badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer / kinekthor yang
merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom yang mengandung
kromonema & gen berjumlah dua buah (sepasang). Sastrosumarjo (2006)
menjelaskan bahwa kromosom merupakan alat transportasi materi genetik (gen atau
DNA) yang sebagian besar bersegregasi menurut hukum Mendel, sedangkan Masitah
(2008) menjelaskan bahwa kromosom adalah susunan beraturan yang mengandung DNA
yang berbentuk seperti rantai panjang. Setiap kromosom dalam genom biasanya
dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa kriteria, termasuk
panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut sentromer yang
memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda, kehadiran dan
posisi bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol) atau kromomer. Selain
itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material kromatin yang disebut
satelit, dan sebagainya (Suprihati et.al., 2007).
Kromosom dibedakan atas autosom
(kromosom pada sel somatik) dan kromosom pada sel kelamin (Suryo, 2008).
Pembelahan sel yang terjadi pada sel somatik disebut mitosis dan pembelahan
yang terjadi pada sel kelamin disebut meiosis. Satrosumarjo (2006) menjelaskan
bahwa mitosis merupakan pembelahan inti yang berhubungan dengan pembelahan sel
somatik, dimana terdapat beberapa tahap didalamnya, yaitu: interfase, profase,
metakinesis, metafase, anafase, dan telofase. Menurut Suryo (2008) fase pada
mitosis terdiri dari interfase, profase, metafase, anafase, dan telofase.
Proses
mitosis ini terjadi bersama dengan pembelahan sitoplasma dan bahan-bahan di
luar inti sel. Pada mitosis setiap induk yang diploid (2n) akan menghasilkan
dua buah sel anakan yang masing-masing tetap diploid serta memiliki sifat
keturunan yang sama dengan sel induknya. Proses terjadinya mitosis terbagi ke
dalam 5 fase, yaitu interfase, profase, metafase, anafase dan telofase.
1.
Interfase
Inti sel
Nampak keruh dan tampak benang- benang kromatin yang halus.
2.
Profase
Benang-benang
kromatin memendek dan menebal. Terbentuklah kromosam. Tiap kromosom membelah
dan memanjang membentuk kromatid, membrane inti mulai menghilang
3.
Metaphase
Kromosom-
kromosom menempatkan diri di bidang tengah dari sel. Ciri utama fase ini adalah
terbentuknya gelendong pembelahan, gelendong pembelahan ini dibentuk oleh
mikrotubula. Gelendong ini membentuk kutub-kutub pembelahan tempat sentromer
mikrotubula bertumpu.
4.
Anafase
Sentromer
membelah dan kedua kromatid memisahkan diri dan bergerak menuju kutub dari sel
yang berlawanan. Tiap kromatid hasil pembelahan itu memiliki sifat yang sama
dengan sel induknya, sejak saat itu kromatid-kromatid tersebut menjadi kromosom
baru.
5.
Telofase
Di tiap
kutub sel terbentuk stel kromosom yang identik. Selaput gelendong inti lenyap
dan dinding inti terbentuk lagi. Kemudian plasma sel terbagi lagi menjadi dua
bagian, proses tersebut dikenal sebagai sitokinesis. Pada sel tumbuhan
sitokinesis ditandai dengan terbentuknya dinding pemisah di tengah- tengah sel.
III.
METODE PRAKTIKUM
A.
Bahan dan Alat
Bahan
yag digunakan dalam praktikum pengamatan perilaku kromosom antara lain akar
bawang merah, larutan 45% CH3COOH, larutan HCl dan larutan aceto
orcein/ carmin. Alat yang digunakan dalam praktikum pengamtan perilaku krmosom
yaitu kaca preparat, cover glass, beker glass, penangas air, pembakar
bunsen, mikroskop, dan jarum.
B.
Posedur Kerja
1.
Umbi
bawang merah dipilih yang bagus dan sehat dan dikecambahkan di air sampai
muncul akar
2.
Akar
bawang merah dicuci dengan air sampai bersih
3.
Ujung
akar bawang merah dipotong + 1 cm
dan dimasukkan ke dalam larutan 0.002 M Hydroxylchinolin, disimpan di runag
gelap dengan suhu 20oC selama 1 jam
4.
Ujung
akar bawang merah difiksasi dengan menggunakan larutan 45% CH3COOH
selama + 3 menit
5.
Bahan
dimaserasi dengan campuran larutan HCl dan CH3COOH dengan
perbandingan 3 : 1 pada suhu 60o C selama + 3 menit
6.
Satu
mm bagian ujung bawang merah diambil dan diletkkan di atas gelas preparat
7.
Pewanaan
dilakukan dengan aceto orcein atau aceto carmin (larutan straining)
8.
Ditutup
dengan gelas penutup (cover glass) dan ujung akar bawang merah dihancurkan
dengan ditekan.
9.
Dilewaatkan
di atas nyala api bunsen
10. Preparat diamati di bawh mikroskop
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Tabel 1. Tabel
pengamatan
No.
|
Fase
|
Gambar
|
Keterangan
|
||||||
1.
|
Profase
|
![]() ![]() ![]() |
1.
Dinding sel
2.
Membran inti
sel yang mulai memudar
3.
Kromosom
Perbesaran 40x
Jumlah kromosom bawang merah 16
|
||||||
2.
|
Metafase
|
![]()
![]() ![]() |
1.
Dinding sel
2.
Kromosom
3.
Sentriol
Perbesaran 40x
Jumlah kromosom bawang merah 16
|
||||||
3.
|
Anafase
|
![]() ![]() |
1.
Dinding sel
2.
Kromosom
3.
Sentriol
Perbesaran 40x
Jumlah
kromosom bawang merah 16
|
||||||
4.
|
Telofase
|
|
1.
Dinding sel
2.
Kromosom
3.
Membran inti
Perbesaran 40x
Jumlah
kromosom bawang merah 16
|
B.
Pembahasan
Kromosom
adalah suatu struktur makromolekul yang berisi DNA di mana informasi genetik
dalam sel disimpan. Kata kromosom berasal dari kata khroma yang berarti warna
dan soma yang berarti badan Kromosom terdiri atas dua bagian, yaitu sentromer /
kinekthor yang merupakan pusat kromosom berbentuk bulat dan lengan kromosom
yang mengandung kromonema & gen berjumlah dua buah (sepasang).
Sastrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa kromosom merupakan alat transportasi
materi genetik (gen atau DNA) yang sebagian besar bersegregasi menurut hukum
Mendel, sedangkan Masitah (2008) menjelaskan bahwa kromosom adalah susunan
beraturan yang mengandung DNA yang berbentuk seperti rantai panjang. Setiap
kromosom dalam genom biasanya dapat dibedakan satu dengan yang lainnya oleh beberapa
kriteria, termasuk panjang relatif kromosom, posisi suatu struktur yang disebut
sentromer yang memberi kromosom dalam dua tangan yang panjangnya berbeda-beda,
kehadiran dan posisi bidang (area) yang membesar yang disebut knot (tombol)
atau kromomer. Selain itu, adanya perpanjangan arus pada terminal dan material
kromatin yang disebut satelit, dan sebagainya (Suprihati et.al.,
2007).
Kromosom
dibedakan atas autosom (kromosom pada sel somatik) dan kromosom pada sel
kelamin (Suryo, 2008). Pembelahan sel yang terjadi pada sel somatik disebut
mitosis dan pembelahan yang terjadi pada sel kelamin disebut meiosis.
Satrosumarjo (2006) menjelaskan bahwa mitosis merupakan pembelahan inti yang
berhubungan dengan pembelahan sel somatik, dimana terdapat beberapa tahap
didalamnya, yaitu: interfase, profase, metakinesis, metafase, anafase, dan
telofase. Menurut Suryo (2008) fase pada mitosis terdiri dari interfase,
profase, metafase, anafase, dan telofase.
Pembelahan mitosis bekerja dengan mempertahankan pasangan kromosom
yang sama melalui pembelahan inti dari sel somatis secara berturut-turut.
Proses ini terjadi bersama-sama dengan pembelahan sitoplasma dan
bahan- bahan di luar inti sel (sitokinesis). Proses ini mempunyai peranan
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan pada hampir semua organisme (Crowder, 1993).
Pada fase profase, aktivitas pembelahan sel ditandai dengan
berubahnya kromatin menjadi kromosom. Sementara itu terjadi penggandaan tiap
kromosom menjadi dua yang disebut kromatid. Tiap kromatid masih melekat,
berarti sentromer induk masih satu. Nukleolus hilang, karyoteheca hilang,
sentriol diselimuti serat-serat radial pendek, berpisah dan pergi ke kutub
bersebrangan menjadi bintang kutub. Terbentuknya serat gelendong di antara
kedua bintang kutub. Pada fase metaphase, tiap kromosom yang terdiri dari
sepasang kromatid yang masih melekat pergi ke bidang ekuator. Kromatid akan
menggantung pada serat gelendong lewat sentromernya. Fase anafase ditandai
dengan membelahnya sentromer, kromatid dalam satu kromosom induk berpisah
menjadi kromosom anak, lalu pergi ke kutub yang bersebrangan. Fase telofase
adalah fase yang ditandai dengan kromosom berubah menjadi kromatin. Serat
gelendong menghilang, terbentuk kariotheca. Nucleus muncul, bintang kutub
kembali menjadi sentriol. Gentingan pada bidang ekuator, sampai ke tengah,
putus, terbentuk dua sel anak, masing-masing mengandung kromosom 2n (Yatim,
1980). Selesai pembelahan mitosis jika konstruksi dari sel telah terbentuk
lengkap dan dihasilkan dua sel anak yang serupa atau identik dengan induknya.
Kromosom yang dimiliki kedua sel anak identik. Membran inti dan nukleolus telah
timbul kembali di setiap sel anak dan kromosom telah kembali menjadi kromatin (Pai,
1985).
Pembelahan sel pada tumbuhan bertujuan untuk menghasilkan keturunan
yang identik, menambah jumlah sel, atau mengganti sel-sel yang rusak. Memalui
genetika tumbuhan kita dapat mempelajari pembelahan sel yang terjadi pada
tumbuhan secara detail. Melalui genetika tumbuhan juga kita bisa mengetahui
sifat-sifat yang diwariskan pada keturunannya dalam pembelahan sel.
Sebelum diamati, akar
bawang merah dimasukkan ke dalam larutan 0,002 M 8-Hydroxychinolin dan disimpan
pada tempat gelap. Tujuan pemberian 8-Hydroxychinolin adalah untuk meluruhkan
organel sel. Selain itu juga karena sifatnya yang sangat peka terhadap cahaya
(akan rusak jika terkena cahaya).
Proses selanjutnya
yaitu dilakukan fiksasi akar bawang dengan asam asetat yang bertujuan
menghentikan aktifitas pembelahan sel tersebut (melarutkan tudung akar).
Setelah itu dimaserasi dengan menggunakan canpuran KCl dengan asam asetat 45%
(perbandingan 3:1) yang bertujuan untuk melunakkan jaringan. Selanjutnya
dilakukan perwarnaan dengan arseno carmin agar mudah dalam pengamatan.
Pemberian aceto
carmin/aceno orcein adalah sebagai pewarna, untuk memberi pigmen kepada sel-sel
akar bawang sehingga mudah untuk diamati. Tidak cukup dengan itu agar
penyerapan warna lebih cepat maka perlu dilewatkan pada api bunsen beberapa
kali.
Bawang merah memiliki jumlah kromosom 16 sehingga mudah dihitung,
ukuran kromosom besar sehingga mudah diamati, telah diketahui rentang waktu
mitosisnya (Listiawan, 2009), suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa
rentang waktu mitosis bawang merah berlangsung antara pukul 08.00-09.00
WIB dan tahap prometafase banyak ditemukan pukul 08.15 WIB (Swastika, 2009).
Hal inilah yang melatarbelakangi digunakannya akar bawang merah pada praktikum pembelahan mitosis ini.
1.
Profase
2.
Metafase
3.
Anafase
4.
Telofase
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Mitosis adalah peristiwa pembelahan sel yang terjadi pada sel-sel
somatik (sangat aktif pada jaringan meristem) yang menghasilkan dua sel anakan,
memiliki genotype yang sama dan identik
dengan sel induknya.
2.
Tahapan yang terjadi pada pembelahan mitosis yaitu profase, ,metafase, anaphase,
telofase.
3.
Rentang waktu mitosis bawang merah berlangsung antara pukul
08.00-09.00 WIB dan tahap prometafase banyak ditemukan pukul 08.15 WIB.
B.
Saran
Praktikum
sudah berjalan dengan baik, hanya saja asisten perlu menjelaskan lebih detail
lagi sebelum melaksanakan praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Crowder L.V. 1993. Genetika Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Listiawan, Dwi Andi. dkk. 2009. Potensi Ekstrak Etanolik Daun Tapak Dara
(Catharanthus roseus (l.) G. Don.) Sebagai Alternatif Pengganti Kolkhisin Dalam
Poliploidisasi Tanaman. Litbang News: Departemen Penelitian dan pengembangan.
Edisi Januari-Maret 2009.
Pai, Anna C. 1985. Foundations Of Genetics: A
Science Society. McGraw-Hill Book. Singapore.
Sastrosumarjo, S. 2006. Panduan laboratorium, hal.
38 – 63. Dalam S. Sastrosumarjo (Ed.) Sitogenetika Tanaman. IPB Press. Bogor.
Suprihati, D., Elimasni, E. Sabri. 2007. Identifikasi
karyotipe terung belanda (Solanum betaceum Cav). kultivar
Brastagi Sumatera Utara. Jurnal Biologi Sumatera Utara. 2(1): 7 – 11.
Swastika, Anak Agung Gde Raka Ardian dan Tuty Arisuryanti. 2009. Karakterisasi
Kromosom Bawang Merah Kultivar Samas (Allium ascalonicum L. cv. Samas).
Genetics News: Karyotype Organisme Indonesia. Departemen Penelitian dan
Pengembangan.
Yatim, Wildan.
1983. Genetika. Tarsito. Bandung.
Komentar
Posting Komentar