LAPORAN PRAKTIKUM GENETIKA TUMBUHAN ACARA IV PERSILANGAN DIHIBRID
LAPORAN
PRAKTIKUM
GENETIKA
TUMBUHAN
ACARA
IV
PERSILANGAN
DIHIBRID
Semester:
Ganjil 2014
Oleh:
Kuswari
Silvany Fatwa
A1L013110/E
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
LABORATORIUM
PEMULIAAN TANAMAN DAN BIOTEKNOLOGI
PURWOKERTO
2014
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu aspek yang penting pada organisme hidup
adalah kemampuannya untuk melakukan reproduksi dan dengan demikian
dapatmelestarikan jenisnya. Pada organisme yang berbiak secara seksual,individu
baru adalah hasil kombinasi informasi genetis yangdisumbangkan oleh 2 gamet
yang berbeda yang berasal dari kedua parentalnya.
Hukum
mendel II atau dikenal dengan The Law of Independent assortmen of
genes atau Hukum Pengelompokan Gen Secara Bebas dinyatakan bahwa selama
pembentukan gamet, gen-gen sealel akan memisah secara bebas dan mengelompok
dengan gen lain yang bukan alelnya. Pembuktian hukum ini dipakai pada dihibrid
atau polihibrid, yaitu persilangan dari 2 individu yang memiliki satu atau
lebih karakter yang berbeda. Monohibrid adalah hibrid dengan 1 sifat beda, dan
Dihibrid adalah hibrid dengan 2 sifat beda. Fenotif adalah penampakan atau
perbedaan sifat dari suatu individu tergantung dari susunan genetiknya yang
dinyatakan dengan kata-kata (misalnya mengenai ukuran, warna, bentuk, rasa,
dsb). Genotif adalah susunan atau konstitusi genetik dari suatu individu yang
ada hubungannya dengan fenotif; biasanya dinyatakan dengan simbol/tanda pertama
dari fenotif. Oleh karena individu itu bersifat diploid, maka genotif
dinyatakan dengan huruf dobel, misalnya AA, Aa, aa, AABB, dsb.
B.
Tujuan
Praktikum kali
ini bertujuan untuk membuktikan Hukum Mendel II pada persilangan dihibrid.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
Ciri-ciri yang dapat
diamati (secara kolektif, fenotipenya) suatu organisme dikendalikan oleh suatu
faktor penentu yang disebut dengan gen. Setiap sifat fenotipik pada organisme
diploid dikendalikan setidak-tidaknya satu pasang gen, satu anggota gen
pasangan tersebut diwariskan dari setiap tetua. Suatu organisme dengan sepasang
alele yang berbeda, sebagai heterozigot. Gamet-gamet yang terbentuk karena
meiosis, maka pasangan-pasangan gen akan menjadi terpisah-pisah dan
didistribusikan satu-satu kepada setiap gamet dikenal sebagai hukum segregasi
Mendel (hukum Mendel I). Mendel menemukan bahwa pewarisan satu pasangan gen
sama sekali tidak bergantung pada pewarisan pasangan lainnya (hukum pemilahan
bebas=hukum Mendel II). Keadaan ini hanya dapat terjadi bila dua pasang gen
yang bersangkutan terdapat pada kromosom-kromosom yang terpisah atau agak
berjauhan (Kimball, 1992).
Sifat keturunan yang
dapat kita amati (warna, bentuk, ukuran) dinamakan fenotipe. Sifat dasar yang
tidak tampak dan tetap (artinya tidak berubah-ubah oleh lingkungan) pada suatu
individu dinamakan genotipe. Fenotipe dari suatu individu dapat sama
tetapi genotipenya berbeda, hal ini terjadi pada kondisi semidominansi atau
intermediet. Hasil perkawinan antara dua individu yang mempunyai sifat beda
dinamakan hibrid. Perkawinan yang melibatkan satu sifat beda dinamakan
monohibrid, dua sifat beda dinamakan dihibrid, tiga sifat beda dinamakan
trihibrid dan seterusnya (Suryo, 1984).
Sifat yang diturunkan
dari tetua pada keturunannya ada yang bersifat dominan ada juga yang bersifat
resesif. Dominansi bersifat penuh, maka pada keturunan F2 dari suatu perkawinan
atau persilangan akan menunjukkan perbandingan fenotipe yang berbeda dengan
perbandingan genotipenya. Hal ini menunjukkan perbandingan fenotipe yang sama
tetapi susunan genotipenya berbeda. Perbandingan fenotipe dan genotipe akan
sama jika perkawinan atau persilangan bersifat intermediet atau semidominansi
artinya tidak ada gen dari suatu sifat bersifat dominan terhadap gen dari sifat
lain (Kimball, 1992).
Menurut Suryo (1992),
inti sel tubuh lalat buah Drosophila melagonaster hanya memiliki 8 buah
kromosom, sehingga mudah untuk diamati dan dihitung. Delapan buah kromosom
tersebut dibedakan atas:
1. Enam buah kromosom (3 pasang) yang pada
lalat betina maupun jantan bentuknya sama. oleh karena itu, kromosom-kromosom
ini disebut autosom (kromosom tubuh), disingkat dengan huruf A.
2. Dua buah kromosom (1 pasang) disebut
kromosom kelamin (seks kromosom). Pada jantan dan betina bentuknya berbeda
(kromosom-X dan kromosom-Y).
III.
METODE RAKTIKUM
A.
Bahan dan Alat
Bahan yang
digunakan meliputi: lalat Drosophila melanogaster, media lalat, plastik
bening, chlorofom, kapas dan lembar pengamatan. Alat yang digunakan
antara lain: botol bening, cawan petridis dan alat tulis.
B.
Prosedur Kerja
1.
10-20
pasang lalat Drosophila dipilih dengan dua tanda beda tertentu untuk
dikawinkan.
2.
Setelah
namak terbentuk pupa (6-7 hari setelah dikawinkan), semua induk persilangan
harus dibuang sebelum pupa-pupa tersebut menjadi imago.
3.
Pengamatan
dilakukan pada keturunan pertamanya (Fi). Apabila terdapat lebih dari satu
macam fenotip, persilangan ini tidak dapat diteruskan hingga F1 karena
hasil seperti ini menunjukkan baha betina yang digunakan ada yang tidak virgin.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
1.
Drosophila
melanogaster Normal
No.
|
Tipe
lalat
|
Terlihat
dari
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
♂ Normal
|
Atas
|
![]() |
1. Warna mata
Merah
2. Warna badan
Kelabu
3. Panjang sayap
Melebihi badan
4. S.A:
Garis hitamnya tebal
|
♀ Normal
|
![]() |
1. Warna mata
Merah
2. Warna badan
Kelabu
3. Panjang sayap
Melebihi badan
4. S.A:
Garis hitamnya tipis
|
||
2.
|
♂ Normal
|
Bawah
|
![]() |
1. A.P: Tumpul
2. S.A: Tidak ada segmen
|
♀ Normal
|
![]() |
1. A.P: Lancip
2. S.A: Tidak ada segmen
|
2.Drosophila
melanogaster Ebony
No.
|
Tipe lalat
|
Terlihat dari
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
♂ Ebony
|
Atas
|
![]() |
1. Warna mata
Merah
2. Warna badan
Hitam
3. Panjang sayap
Lebih panjang dari badan
4. Segmen Abdomen
Pada bagian ujung terdapat garis hitam
pekat
|
♀ Ebony
|
![]() |
1. Warna mata
Merah
2. Warna badan
Hitam
3. Panjang sayap
Lebih panjang dari badan
4. Segmen Abdomen
Terdapat garis hitam tipis secara
merata di seluruh abdomen
|
||
2.
|
♂ Ebony
|
Bawah
|
![]() |
1. Abdomen Posterior:
Bagian
ujung tumpul
2. Segmen Abdomen:
Garis hitam di bagian ujung lebih
besar dan pekat dibanding garis atasnya
|
♀ Ebony
|
![]() |
1. Abdomen Posterior:
Bagian ujung runcing
2. Segmen Abdomen:
Garis hitam tipis dari bagian tengah
sampai ujung secara merata
|
3.
Drosophila
melanogaster Dumpy
No.
|
Tipe lalat
|
Terlihat dari
|
Gambar
|
Keterangan
|
1.
|
♀
Dumpy
|
Atas
|
![]() |
1. Warna mata :
Merah
2. Warna badan:
Putih
3. Panjang sayap
Lebih pendek dari badan
4. Segmen abdomen:
Garis hitamnya tipis dari tengah
hingga ujung. Ujungnya lancip.
|
♂
Dumpy
|
![]() |
1. Warna mata:
Merah
2. Warna badan:
Putih
3. Panjang sayap:
Lebih pendek dari badan
4. Segmen abdomen:
Garis hitamnya di bagian ujung lebih
besar dan pekat dibanding garis atasnya. Ujung tumpul.
|
||
2.
|
♀
Dumpy
|
Bawah
|
![]() |
1. Abdomen posterior:
Garis hitam tipis dari tengah hingga
ujung
2. Segmen abdomen:
Ujung lancip
|
♂
Dumpy
|
![]() |
1. Abdomen posterior:
Garis hitam di bagian ujung lebih
besar dan pekat dibandingka garis atasnya
2. Segmen abdomen:
Ujung tumpul
|
Bagan
Persilangan

(PPTT) (pptt)
PP:
sayap panjang pp:
sayap 2/3 panjang lalat
TT:
warna tubuh coklat tt:
warna tubuh putih
F1= PpTt (100%)
Pp:
sayap panjang
Tt:
warna tubuh coklat
P2 = PpTt X PpTt
F2 =
PT
|
pT
|
Pt
|
pt
|
|
PT
|
PPTT
|
PpTT
|
PPTt
|
PpTt
|
pT
|
PpTT
|
ppTT
|
PpTt
|
ppTt
|
Pt
|
PPTt
|
PpTt
|
PPtt
|
Pptt
|
pt
|
PpTt
|
ppTt
|
Pptt
|
pptt
|
Keterangan:
P_T_ = sayap panjang warna tubuh coklat
ppT_ = sayap 2/3 panjang
lalat warna tubuh coklat
P_tt = sayap panjang warna tubuh putih
Pptt = sayap 2/3 panjang
lalat warna tubuh putih
Tabel
Chi Square Test
F2:
9 P_T_= 244 3 P_tt= 83
3 ppT_= 79 1 pptt= 27
X2
tabel : 7,28
Karakteristik yang Diamati
|
∑
|
||||
P_T_
|
ppT_
|
P_tt
|
pptt
|
||
Observasi (O)
|
224
|
79
|
83
|
27
|
433
|
Harapan (E)
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
433
|
![]() |
![]()
=0,1914
|
![]() |
![]() |
![]() |
12,167
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
0,244
|
X2
|
![]() |
![]() |
![]() |
![]() |
0,244
|
Kesimpulan
: X2 hitung (0,244) < X2
tabel (7,28), artinya hasil pengujian signifikan (pengujian sesuai dengan
teori).
B.
Pembahasan
Persilangan
dihibrid adalah persilangan dua individu sejenis dengan memperhatikan dua sifat
beda. Mendel telah melakukan percobaan dengan me- nyilangkan kacang ercis galur
murni yang mempunyai dua sifat beda, yaitu antara kacang ercis berbiji bulat
berwarna kuning (BBKK) dengan kacang ercis berbiji keriput berwarna hijau
(bbkk). Kedua kacang tersebut memiliki dua sifat beda yaitu bentuk dan warna
biji.
Ciri-ciri persilangan
Dihibrid:
1.
Persilangan dengan
memperhatikan dua sifat beda
2.
Jumlah Gamet yang terbentuk
pada setiap individu adalah 4 (2n)
3.
Fenotip individu
ditentukan oleh 2 macan sifat genetik
4.
Dijumpai maksimal 16
variasi genotip pada F2
Persilangan dihibrid yaitu persilangan dengan
dua sifat beda sangat berhubungan dengan hukum Mendel II yang berbunyi
“independent assortment of genes”. Atau pengelompokan gen secara bebas. Hukum
ini berlaku ketika pembentukan gamet, dimana gen sealel secara bebas pergi ke
masing-masing kutub ketika meiosis. Hukum Mendel II disebut juga hukum
asortasi. Mendel menggunakan kacang ercis untuk dihibrid, yang pada bijinya
terdapat dua sifat beda, yaitu soal bentuk dan warna biji. B untuk biji bulat,
b untuk biji kisut, K untuk warna kuning dan k untuk warna hijau.
Jika tanaman ercis biji bulat kuning homozygote
(BBKK) disilangkan dengan biji kisut hijau (bbkk), maka semua tanaman F1
berbiji bulat kuning. Apabila tanaman F1 ini dibiarkan menyerbuk kembali, maka
tanaman ini akan membentuk empat macam gamet baik jantan ataupun betina
masing-masing dengan kombinasi BK, Bk,Bk, bk. Akibatnya turunan F2 dihasilkan
16 kombinasi.yang terdiri dari empat
macam fenotip, yaitu 9/16 bulat kuning, 3/16 bulat hijau, 3/16 kisut kuning dan
1/16 kisut hijau. Dua diantara fenotip itu serupa dengan induknya semula dan
dua lainnya merupakan fariasi baru.
Pada bidang pemuliaan tanaman,
persilangan dihibrid biasanya digunakan untuk mendapatkan varietas unggul.
Misalnya tanaman padi yang usianya pendek dan mudah diserang hama disilangkan
dengan tanaman padi yang umurnya panjang dan tahan terhadap serangan hama.
Diharapkan dari persilangan tersebut dihasilkan tanaman padi yang berumur
pendek dan tahan terhadap serangan hama. Persilangan dapat pula dilakukan pada
padi yang mempunyai produktivitas tinggi dan berumur panjang disilangkan dengan
padi yang mempunyai produktivitas rendah dan berumur pendek. Diharapkan dari
persilangan tersebut menghasilkan varietas padi yang mempunyai produktivitas
tinggi dan berumur pendek.
Contoh lain yang dapat disilangkan
yaitu jagung yang bertongkol besar dan tidak tahan kekeringan disilangkan
dengan jagung yang bertongkol kecil dan tahan kekeringan. Diharapkan hasil
persilangan tersebut menghasilkan jagung bertongkol besar dan tahan kekeringan.
Persilangan juga dapat dilakukan pada kentang berumbi besar dan tidak tahan
penyakit dengan kentang berumbi kecil dan tahan penyakit. Kentang yang
dihasilkan yaitu kentang yang berumbi besar dan tahan terhadap serangan
penyakit. Contoh lainnya yaitu pada tanaman tomat yang berbuah besar dan tidak
tahan hama disilangkan dengan tanaman tomat yang berbuah kecil dan tahan hama.
Hasil persilangannya akan menjadi tanaman tomt yang berbuah besar dan tahan
terhadap hama.
Hal
yang harus diperhatikan dalam pengamatan terhadap Drosophila melanogaster
adalah jenis kelamin, keadaan mata, keadaan sayap, dan warna tubuh. Mutasi yang
terjadi pada mata Drosophila melanogaster diantaranya adalah:
1.
White (w) merupakan mutan dengan warna mata putih karena tidak memiliki
pigmen pteridin dan ommochrome. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus
1,5.
2.
Vermilion (v) merupakan mutan dengan warna mata merah yang sangat terang
(warna vermilion). Mutasi teradi pada kromosom nomor 1, lokus 33.
3.
Bar (B) merupakan mutan dengan bentuk mata yang sipit. Mutasi terjadi
pada kromosom nomor 1, lokus 57.
4.
Carnation (car) merupakan mutan dengan warna mata seperti anyelir. Mutasi
terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 62,5.
5.
Purple (pr) merupakan mutan dengan mata
warna ungu. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 54,5.
6.
Brown (bw) merupakan mutan dengan mata warna cokelat. Mutasi terjadi
pada kromosom nomor 2, lokus 104.
7.
Lobe
(L) merupakan mutan dengan mata yang tereduksi, sehingga mata
terlihat sangat kecil dan tidak berbentuk bulat lonjong. Mutasi terjadi pada
kromosom nomor 2, lokus 72,0.
8.
Cinnabar (cn) merupakan mutan dengan mata berwarna merah sedikit agak
orange. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 2, lokus 57,5.
9.
Star (S) merupakan mutan dengan mata kasar dan kecil. Mutasi terjadi
pada kromosom nomor 2, lokus 1,3.
10.
Sepia (se) merupakan mutan dengan mata warna cokelat tua agak kehitaman,
hal tersebut karena mutan kelebihan pigmen sepiapterin. Mutasi terjadi pada
kromosom nomor 3, lokus 26.
11.
Scarlet (st) merupakan mutan dengan mata warna merah tua. Mutasi terjadi
pada kromosom nomor 3, lokus 44.
12.
Rough (ro) merupakan mutan dengan permukaan mata yang agak kasar dan
faset abnormal. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,1.
13.
Claret (ca) merupakan mutan dengan mata berwarna merah anggur atau merah
delima (ruby). Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 100,7.
14.
Eyemissing (eym) merupakan mutan yang tidak mempunyai organ mata. Mutasi
terjadi pada kromosom nomor 4, lokus 2,0.
Mutasi yang terjadi pada sayap
Drosophila melanogaster adalah sebagai berikut:
1.
Cut
wings (ct) merupakan mutan dengan sayap
yang terpotong. Mutasi terjadi pada kromosom nomoe 1, lokus 20.
2.
Miniature (m) merupakan mutan dengan panjang sayapnya sama dengan panjang
tubuhnya. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 1, lokus 36,1.
3.
Dumpy (dp) merupakan mutan dengan bentuk sayap yang terbelah sehingga
panjang sayap tampak hanya dua per tiga dari panjang sayap normal.
4.
Vestigial (vg) merupakan mutan dengan sayap yang tereduksi yang berarti
panjang sayap mutan jauh lebih pendek dibanding panjang sayap Drosophila
melanogaster normal, akibatnya Drosophila melanogaster dengan bentuk sayap
tersebut tidak dapat terbang. Mereka hanya mengandalkan bristle sebagai alat
sensor mekaniknya.
5.
Curly (Cy) merupakan mutan dengan sayap melengkung ke atas, baik pada
saat terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 50,0.
6.
Taxi (tx) merupakan mutan dengan sayap yang terentang, baik ketika
terbang mahupun hinggap. Mutasi terjadi pada kromosom nomor 3, lokus 91,0.
Mutasi pada warna tubuh Drosophila
melanogaster adalah sebagai berikut:
1.
Yellow (y) merupakan mutan dengan warna tubuh kuning. Mutasi terjadi pada
kromosom nomor 1, lokus 0,0.
2.
Black
(b) merupakan mutan dengan warna tubuh hitam pekat. Mutasi terjadi
pada kromosom nomor 2, lokus 48,5.
3.
Ebony (e) merupakan mutan dengan warna tubuh gelap. Mutasi terjadi pada
kromosom nomor 3, lokus 70,7 (Russell. 1994: 113).
Praktikum
kali ini kami mengamati lalat Drosophila melanogaster normal, eboni,
dan dumpy. Lalat normal memiliki tubuh berwarna kelabu, mata merah dan sayap
melebihi panjang badan. Lalat Drosophila melanogaster eboni memiliki
mata berwarna merah, tubuh berwarna hitam dan panjang sayap melibihi tubuh.
Sedangkan Lalat Drosophila melanogaster dumpy memiliki tubuh berwarna
kelabu, mata merah dan panjang sayap lebih pendek dari tubuh.
Hasil
analisis chi square yang dilakukan pada lalat Drosophila melanogaster eboni
mendapatkan hasil X2 hitung (0,244) < X2 tabel (7,28),
artinya hasil pengujian signifikan atau pengujian sesuai dengan teori.
V.
KESIMPULAN
DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1.
Persilangan
dihibrid adalah persilangan dua individu sejenis dengan memperhatikan dua sifat
beda.
2.
Hal
yang harus diperhatikan dalam pengamatan terhadap Drosophila melanogaster
adalah jenis kelamin, keadaan mata, keadaan sayap, dan warna tubuh.
3.
Lalat
Drosohila melanogaster normal memiliki tubuh berwarna kelabu, mata merah
dan sayap melebihi panjang badan. Lalat Drosophila melanogaster eboni
memiliki mata berwarna merah, tubuh berwarna hitam dan panjang sayap melibihi
tubuh. Sedangkan Lalat Drosophila melanogaster dumpy memiliki tubuh
berwarna kelabu, mata merah dan panjang sayap lebih pendek dari tubuh.
B.
Saran
Asisten dan praktikan sudah
bekerjasama dengan baik ketika melakukan praktikum. Hanya saja ketika
penjelasan sebelum praktikum dirasa kurang detail sehingga praktikan masih ada
yang kebingungan.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L.G. Mitchell. 2002. BIologi.
Edisi kelima-Jilid-1. Terj. dari Biology oleh Lestari, R.
Erlangga. Jakarta.
Jones, R.N., G.K. Rickards. 1991. Practical Genetics. Open
University Press. Milton Keynes.
Kimball, J. W. 1992. Biologi
Jilid 1. Penerbit Erlangga:Jakarta.
Pai, A.C. 1992. Dasar-dasar Genetika. Terj. dari Apandi, M. Erlangga. Jakarta.
Russell, P.J. 1994. Foundamental of Genetics. Harper Collins
College Publishers. New York.
Suryo. 1984. Genetika.
Gadjah Mada University Press:Yogyakarta.
LAMPIRAN
Komentar
Posting Komentar